Selasa, 28 September 2010

Minggu Pagi yang Naas

Minggu pagi…sekolah libur, enaknya jalan-jalan dari desa ke desa naik sepeda atau sepeda motor sama keluarga.

Ayah, mama, adik dan aku sudah siap mau berangkat. Karena ada sesuatu, Mama dan Ayah mampir dulu ke rumah kakak Bagas, saudara sepupu kami putranya Papa Tri kakaknya Mama.

Akhirnya kami semua pergi bersama-sama naik motor 3.

Papa Tri sama Mama Lilik, mBak Nanda dan adik Tora naik sepeda motor Bajaj"Pulsar".

Mama sama kakak Bagas naik sepeda motor Revo milikku.

Sedangkan aku dan dik Zahrein yang masih kecil naik Vario dibonceng Ayah.

Kami berangkat beriringan pelan-pelan menyusuri jalanan kampung yang sudah beraspal.

Papa Tri yang naik Bajaj Pulsar berada diurutan paling depan. Adikku Tora naik diatas tangki bensin yang besar dan tinggi itu. Sambil teriak-teriak kegirangan karena senangnya.

Mama berada di tengah – tengah iring-iringan itu. Ditengah perjalanan Mama disalip oleh Ayah dan berada diurutan paling belakang.

Jalanan pagi itu agak ramai karena banyak petani tembakau yang hilir mudik mengangkut hasil panennya.

Akhirnya Papa Tri mengambil jalan berbelok bermaksud mencari jalan yang agak sepi.

Dan kami yang berada dibelakangnya mengekor saja mengikuti motor yang didepan.

Kami terus beriringan sambil melihat-lihat pemandangan alam pedesaan yang khas.

Saat itu kami baru saja melewati batas desa Kedung Rejoso, Paiton.

Mama masih tertinggal dibelakang tapi masih dapat kulihat dari jarak yang tidak terlalu jauh dan tiba-tiba terdengar suara teriakan Mama seperti kaget lalu “BRAKKK…..”

Sepeda motor mama jatuh dan kakak Bagas yang tadi dalam boncengannya terjatuh dalam posisi tengkurap.

Ayah buru-buru memutar balik motornya untuk menghampiri mama dan kakak Bagas.

Begitu juga Papa Tri segera kembali berbalik arah mendatangi Mama dan Kakak Bagas.

Astagfirullah…….bibir mama berdarah, tangan dan kakinya lecet-lecet. Sepeda motornyapun spionnya bengkok nggak karuan…..sedangkan kakak Bagas masih meringis kesakitan karena lututnya luka.

Cepat-cepat ayah memeriksa keadaan mama dan kakak, alhamdulillah masih sadar dan hanya mengalami luka-luka luar saja. Tapi gigi mama ada yang goyang seperti mau copot.

Segera jalanan desa yang semula sepi itu jadi heboh dan ramai oleh orang-orang yang menonton kejadian itu. Jalanan macet sesaat karena motor mama terjatuh ditengah jalan.

Ayah mendatangi seseorang yang sedang memegangi tali pengikat sapi. Ayah sepertinya marah-marah sama orang itu. Gara – gara sapi orang itu mamaku jadi celaka!!

Gara-gara sapi orang itu dilepas dijalanan, Mama yang lagi nyetir motor tiba-tiba diseruduk dari arah kiri dan langsung jatuh!!

Aku langsung nangis melihat mama berdarah dan luka-luka. Mbak Nanda dan adik Tora juga ikutan nangis.

Kasihan sekali mama dan kakak Bagas.

Untungnya ada seorang bapak-bapak yang lagi lewat naik mobil bersama keluarganya berbaik hati menolong kami.

Mama sama kakak Bagas dan aku diantar pulang kerumah Nenek di Pondok Kelor.
Papa Tri, Mama Lilik, dan Ayah mengendarai motor kembali pulang.

Acara jalan-jalan ke desa pagi itu batal kami teruskan karena kejadian itu.

Dari rumah nenek, kami langsung ke rumah sakit untuk memeriksakan mama dan Kakak Bagas.

Minggu pagi, 26 September 2010 menjadi hari sial bagi keluarga kami yang tak’kan terlupakan.

Tidak ada komentar: